Rabu, 09 November 2011

Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.

Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.

Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga

Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.

Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….”

Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa

Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.

Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.

Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.

Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa

Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.

Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.

Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara

Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.

Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga

Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat)

Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

Jumat, 04 November 2011

Wajib Baca

Andai Al-Quran bisa bicara,
ia akan berkata:
"waktu kau masih anak-anak,
kau bagai teman sejatiku,
dengan wudhu kau sentuh aku,
dalam keada'an suci kau pegang aku,
kau baca dengan lirih&keras,
sekarang kau telah dewasa,
nampaknya kau sudah tidak berminat lagi padaku,
apakah aku baca'an usang? Yang tinggal sejarah? Sekarang kau simpan aku dengan rapi, kau biarkan aku sendiri. Aku menjadi kusam dalam lemari. Berlapis debu,
di makan kutu, ku mohon peganglah aku lagi, bacalah aku setiap hari Karna aku akan jadi penerang dalam kuburmu!!

Manfaat Membaca Al Qur'an Meski Tidak Mengerti Maknanya

Mungkin bisa jadi diantara kita pernah terbesit pertanyaan sesuai judul diatas, apalagi bagi kita kita yang tidak memiliki latar belakang pendidikan agama Islam secara khusus seperti jebolan pesantren. Menurut saya itu pertanyaan yang manusiawi.

Memang lebih ideal kita bisa melakukan sesuatu pekerjaan maupun perintah agama bila kita lebih memahami dasar dari manfaatnya bukan sekedar doktrin “Pokoknya”. Coba simak cerita berikut ini



Ini adalah sebuat cerita penuh hikmah. Seorang Kakek Muslim Amerika hidup di sebuah pertanian di pegunungan bagian timur Kentucky dengan cucu laki2nya. Setiap shubuh sang Kakek selalu bangun awal, duduk di meja dapurnya membaca Al-Quran. Cucunya selalu ingin seperti kakeknya, dan meniru perbuatan kakenya tersebut sebisanya..

Suatu hari sang cucu bertanya, “kek, aku mencoba membaca Al-Quran seperti kakek, tapi aku tidak mengerti, kalaupun ada yang aku mengerti aku langsung lupa begitu aku menutup Al-Quran. Apa sih manfaat membaca Al-Quran?” Sang kakek pun berbalik perlahan, menghentikan kerjanya memasukkan batu bara ke tungku dan menjawab. “Ambillah keranjang batu bara ini, dan pergilah ke sungai dan bawakan aku sekeranjang air” Sang cucu melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, tapi semua air tumpah sebelum ia berhasil kembali ke rumah. sang kakek tersenyum dan berkata “kamu harus bergerak lebih cepat mengangkut airnya” dan menyuruh sang cucu tuk kembali ke sungai mengambil air. Sang cucu pun berusaha lari dengan cepat ketika mengantar air, namun tetap saja airnya tumpah. Sambil kehabisan nafas, ia pun berkata kepada kakeknya bahwa tidak mungkin mengangkut air dengan keranjang, lalu sang cucu berjalan tuk mengambil ember sebagai ganti keranjang.

Sang kakek berkata, “aku menginginkan sekeranjang air, bukan seember air. kau kurang bekerja keras tuk mengambilnya” , dan si kakek pergi ke pintu tuk melihat si cucu berusaha lagi.

Ketika itu, sang cucu sudah tahu bahwa perbuatannya tidak ada manfaatnya, tapi dia ingin menunjukkan kakeknya bahwa secepat apapun dia lari, air dari keranjang akan tetap tumpah. Dia mengambil air di sungai, lalu berlari cepat ke kakeknya, namun air tetap tumpah sebelum ia sampai ke tempat kakeknya. Maka ia pun berkata, “lilhat kek, gak da manfaatnya kan!”

“jadi kamu berpikir perbuatanmu tidak ada manfaatnya?” , sang kakek berkata, “lihatlah keranjangnya”

sang cucu melihat ke keranjangnya dan untuk pertama kalinya ia sadar bahwa keranjangnya telah berubah. Keranjangnya telah berubah dari keranjang batu bara yang kotor menjadi keranjang yang bersih, luar dalam.

“Cu, itu yang terjadi ketika kau membaca Al-Quran. Kamu mungkin tidak mengerti atau mengingat apa pun, tapi ketika kamu membacanya, kamu akan berubah, luar dalam. Dan itu adalah kuasa Allah atas diri kita”.



Semoga kita bisa mengambil ibrah dari cerita di atas, salam.

Kamis, 27 Oktober 2011

Jika Hewan Punya Facebook

Kalau binatang punya Facebook, kira-kira statusnya apa aja ya? Berikut beberapa yang sudah ditemukan. Tapi nggak tau apa mereka bener binatang.

Anjing Pudel : Nunggu mo ke salon neh

Kecoak : Baru aja selamat dari injekan maut, yeah!

Sapi : Aku diraba-rabi lagi oleh majikanku

Kucing : Anak gue yang ke- 5 barusan nanya siapa bapaknya. Gue bingung mau jawab apa. Gue sendiri lupa bapaknya siapa?

Nyamuk: Ane positif HIV AIDS boooo

Ayam : Teman-teman...kalo besok gw ga update... berarti gw udah di goreng... i luv u all...

Cumi-cumi: Abis isi ulang tinta nich.

Babi: Gw difitnah nyebarin flu. ******!!

Kambing : aduh bentar lagi lebaran,,, aku sembunyi dimana ya ??

Kenapa aku di uji.............???

Kenapa aq di uji.....???????
Surah Al ankabut ayat 2-3 : Apakah mnusia itu mengira bhw mrka d biarkan (saja) mengatakan :"Kami tlh beriman", sedang mrka tdk diuji lg? Dan sesungguhny Kami tlh menguji org" sblm mrk, mk ssungguhnya Allah mengetahui org" yg bnr & ssungguhnya Dia mengetahui org" yg dusta.

Knp aq tdk mendapatkan apa yg aq idam-idamkan?
Surah Al baqarah ayat 216 : Boleh jd kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu & blh jd (pula) kamu menyukai ssuatu pdhl ia amat buruk bg mu. Allah mengetahui, sdg kamu tdk mengetahui.

Knp ujian seberat ini ?
Surah Al baqarah 286 : Allah tdk membebani seseorang melainkan sesuai dg kesanggupannya.

RASA FRUSTASI ?
Surah Al imran ayat 139 : Janganlah kamu bersikap lemah, & jgn (pula) kmu bersedih hati, pdhl km lah org" yg plg tinggi (derajatnya), jk kamu org" yg beriman.

Bagaimana aku menghadapinya ?
Surah Al imran ayat 200 : Hai org" yg beriman, bersabarlah kamu & kuatkanlah kesabaranmu & ttp lah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) bertaqwalah kpd Allah, spya km beruntung.

Surah Al baqarah ayat 45 : jadikanlah sabar dan shalat sbg penolongmu. & sesungguhny yg dmkian itu sunggh brat, kecuali bg orang" yg kusyu'.




Aku tak dpt bertahan lagi ..!!
Surah Yusuf ayat 87 : jgn lah kamu brputus asa dr rahmat Allah sesungguhnya tiada brputus asa dr rahmat Allah, melainkan kaum yg kafir.

Surah An nisaa ayat 86 : apabila kamu dihormati dg suatu penghormatan, mk bls lah penghormatan itu dg lbh baik, atau balaslah (dg yg serupa) sesunggunya Allah memperhitung sgl sesuatu.

Kpd siapa aq berharap..?
Surah At taubah ayat 129 : cukuplah Allah bg q, tdk ada Illah selain Dia. Hny kpd Ny aq bertawakal.

Apa yg aku dpt dr semua ini ?
Surah At taubah ayat 11 : Sesungguhnya Allah tlh membeli dr org" mukmin, diri & harta mereka dg memberikan surga u/ mereka..

Senin, 24 Oktober 2011

Download Mp3 "JUSTIN BIEBER OR JUST IN ISLAM FOREVER"

Lirik Nasyid Terbaru D'Masjid feat. Spazi - JUSTIN BIEBER OR JUST IN ISLAM FOREVER


Saat ku berjalan susuri pelataran kota
kulihat fenomena yang katanya mendunia
anak muda bergaya keren luar biasa
mengikuti sang idola pujaan hatinya


Rambutnya dibuat berponi dan bisa dilempar
baju yang dipakainyapun terlihat agak longgar/
mungkin baju bapaknya atau baju tetangga
tapi mereka tak peduli, yang penting gaya!


Pakai topi yang dipasang miring dan agak lebar
sehingga kepalanyapun jadi terlihat besar
cocok juga rasanya, jika ku pinta mreka
nyanyikan lagu masa kecil “topi saya bundar”
Ada geli di dada/ saat ku lihat mreka
tenggelam dalam pesona kemilaunya dunia
ingin aku berkata/ dengan lantang padanya
dan ucapkan semua yang menurutku bermakna


Chorus:
I don’t wannabe Justin bieber
Cause i wannabe just in Islam forever
Cause i’m sure that you’re already knew
Islam is the way that will always be true


I don’t wannabe Justin bieber
Cause I wannabe just in Islam forever
Cause i’m sure that you’re already knew
Islam is the way that will always be true


Haduh haduh haduh aku jadi ingin bertanya
mereka ini kelak kan jadi seperti apa
aku tahu satu jawaban yang tak terbantah
(yaaa. .. mereka nanti akan jadi dewasa dan jadi orang tua?)


Padahal jika mereka mau sejenak saja
melihat kedalam Al Quran dan juga assunah
ada satu idola sungguh luar biasa
yang bisa kita jadikan panutan hidup kita


O.. ouououo bukan justin bieber lah orangnya
Dialah Rasululloh yang sudah Alloh turunkan untuk kita semua agar bisa jadi pedoman
di dalam kehidupan dalam keseharian
Aku pun jadi makin yakin tuk mengatakan


Back to reff


SAMPAI KAPAN KITA TERBUAI DUNIA? AYO SEMUA KEMBALI PADANYA


Maaf buat fansnya JB ya
ini mah Cuma curhat ajah
Cause i just don’t wannabe justin bieber




DOWNLOAD MP3
JUSTIN BIEBER OR JUST IN ISLAM FOREVER
klik disini

Minggu, 23 Oktober 2011

Doa untuk orang tua

Ya Allah,
Rendahkanlah suaraku bagi mereka,
Perindahlah ucapanku di depan mereka.
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkanlah hatiku untuk mereka.
Ya Allah,
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
Atas didikan mereka padaku dan
Pahala yang besar
Atas kesayangan yang mereka limpahkan padaku,
Peliharalah mereka
Sebagaimana mereka memeliharaku.
Ya Allah,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan,
atau kesusahan yang mereka derita karena aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku,
jadikanlah itu semua
Penyebab rontoknya dosa-dosa mereka,
Meningginya kedudukan mereka dan
Bertambahnya pahala kebaikan mereka dengan perkenan-Mu, ya Allah
sebab hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan
dengan kebaikan berlipat ganda.
Ya Allah,
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku,
Maka izinkahlah aku memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul
Bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta
rahmat-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah
yang memiliki Karunia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir dan
Engkaulah yang Maha Pengasih Diantara semua pengasih.
****
Mari kita kenang dosa kepada orang tua kita.
Siapa tahu hidup kita dirundung nestapa karena kedurhakaan kita.
Karena kita sudah menghisap darahnya, tenaganya, airmatanya, keringatnya.
Istighfar, istighfarlah
Barangsiapa yang matanya pernah sinis melihat orangtuanya.
Atau kata-katanya sering mengiris melukai hatinya, atau yang jarang
memperdulikan dan mendoakannya.
Percayalah bahwa anak yang durhaka siksanya didahulukan didunia ini.
Istighfar yang pernah mendholimi ibu bapaknya.
Astaghfirullahal Adhiim
Astaghfirullahal Adhiim

Hidup adalah BELAJAR

Hidup adalah BELAJAR




Belajar BERSYUKUR meski tak cukup,

Belajar IKHLAS meski tak rela,

Belajar MEMAHAMI meski tak sehati,

Belajar SABAR meski terbebani,




Belajar dan terus Belajar...

meski keyakinan setegar karang,

tapi sudah menjadi kodrat bahwa hati seperti air laut..

bergelombang, pasang surut, & sering terbawa arus..




Ya Rabb... kuatkan kami,

Kami berlindung kapadaMu dari kelemahan dan kesedihan..

sempurnakanlah nikmatMu, sehat dariMu, dan penjagaanMu atas kami..

AMIN..

Renungan

Seorang anak kecil bertanya kepada ayahnya, "Ayah, bisakah seseorang melewati seumur hidupnya tanpa berbuat dosa?"

Ayahnya menjawab sambil tersenyum, "Tak mungkin, nak."

"Bisakah seseorang hidup setahun tanpa berbuat dosa?" tanyanya lagi.

Ayahnya berkata, "Tak mungkin, nak."

"Bisakah seseorang hidup sebulan tanpa berbuat dosa?"

Lagi-lagi ayahnya berkata, "Tak mungkin, nak."

"Bisakah seseorang hidup sehari saja tanpa berbuat dosa?" anak kecil itu bertanya lagi.

Ayahnya mengernyitkan dahi dan berpikir keras untuk menjawab, "Mmmm..... mungkin bisa, nak."

"Lalu.... bisakah seseorang hidup satu jam tanpa dosa? Tanpa berbuat jahat untuk beberapa saat, hanya waktu demi waktu saja, yah? Bisakah?"

Ayahnya tertawa dan berkata, "Nah, kalau itu pasti bisa, nak."

anak kecil itu tersenyum lega dan berkata, "Kalau begitu ayah, aku mau memperhatikan hidupku jam demi jam, waktu demi waktu, momen demi momen, supaya aku bisa belajar tidak berbuat dosa. Kurasa hidup jam demi jam lebih mudah dijalani, ya?"

---ooo0ooo---

Well, sahabatku, hidup akan sangat mudah dijalani dengan memperhatikan dan menjaganya setiap waktu dari jam ke jam, tak ada gading yg tak retak, tapi jika dijaga, dipelihara dengan baik, dan dirawat setiap saat, gading retak pun akan jadi pajangan yang indah.

Di Telaga itu Rasul Menanti

Telaga itu luas, sebentang Ailah di Syam hingga San’a di Yaman. Di tepi telaga itu berdiri seorang lelaki. Rambutnya hitam, disisir rapi sepapak daun telinga. Dia menoleh dengan segenap tubuhnya, menghadap hadirin dengan sepenuh dirinya. Dia memanggil-manggil. Seruannya merindu dan merdu. “Marhabban ayyuhal insaan! Silakan mendekat, silakan minum!”

Senyumnya lebar, hingga otot di ujung matanya berkerut dan gigi putihnya tampak. Dari sela gigi itu terpancar cahaya. Mata hitamnya yang bercelak dan berbulu lentik mengerjap bahagia tiap kali menyambut pria dan wanita yang bersinar bekas-bekas wudhunya.

Tapi di antara alisnya yang tebal dan nyaris bertaut itu ada rona merah dan urat yang membiru tiap kali beberapa manusia dihalau dari telaganya. Dia akan diam sejenak. Wibawanya terasa semerbak. Lalu dia bicara penuh akhlaq, matanya berkaca-kaca. “Ya Rabbi”, serunya sendu, “Mereka bagian dariku! Mereka ummatku!”

Ada suara menjawab, “Engkau tak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu!”
Air telaga itu menebar wangi yang lebih harum dari kasturi. Rasanya lebih lembut dari susu, lebih manis dari madu, dan lebih sejuk dari salju. Di telaga itu, bertebar cangkir kemilau sebanyak bilangan gemintang. Dengan itulah si lelaki memberi minum mereka yang kehausan, menyejukkan mereka yang kegerahan. Wajahnya berseri tiap kali ummatnya menghampiri. Dia berduka jika dari telaganya ada yang dihalau pergi.

Telaga itu sebentang Ailah di Syam hingga San’a di Yaman. Tapi ia tak terletak di dunia ini. Telaga itu Al Kautsar. Lelaki itu Muhammad. Namanya terpuji di langit dan bumi.

Sudah Merasa amankan anda?... Bagaimana melewati Shirat?

DIATAS TITIAN JAHANNAM

“APABILA LANGIT TERBELAH” (Qs Al- insyiqaaq: 1

“APABILA LANGIT DIGULUNG”. DAN APABILA BINTANG-BINTANG BERJATUHAN. DAN APABILA GUNUNG-GUNUNG DIHANCURKAN (Qs At-takwir : 1-3)

“TAHUKAH KAMU APAKAH HARI PEMBALASAN ITU?”. SEKALI LAGI TAHUKAH KAMU HARI PEMBALASAN ITU?” (Qs Al-infithaar: 17-18)

“YAITU HARI (YANG PADA WAKTU ITU) DITIUP SANGKAKALA LALU KAMU DATANG BERKELOMPOK-KELOMPOK”. (Qs An-naba:18)

***
Shirat adalah jembatan yang terbentang diatas neraka jahanam .Ia lebih tajam dari pedang, lebih halus dari rambut, licin dan mudah menggelincirkan. Shirat adalah jalan yang gelap serta membakar.
Muslimin dan pengikut para Rasul akan berhasil melewati Shirat.

Diriwayatkan dari salman Al-farisi dari nabi, beliau bersabda "Dan diletakkanlah shirat yang tajamnya seperti pisau (cukur).
Lalu malaikat bertanya: " Siapakah yang dapat melewatinya?"
Maka Allah berfirman " Orang yang Ku-kehendaki diantara Makhluk"
Lantas mereka berkata : "Maha suci Engkau, Kami belum beribadah dengan sebenar-benar ibadah kepada-Mu" (HR ALHAKIM)

Aisyah bertanya : "Aku bertanya kepada Rosululloh tentang firman Alloh SWT" (yaitu) (pada hari (ketika)) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit (Q.S. Ibrahim 48)
'Dimana manusia ketika itu wahai Rosululloh?' Beliau bersabda "diatas Shirath"

DAHSYATNYA UJIAN SHIRATH

Melewati shirat termasuk ujian berbahaya, atau bahkan yang paling berbahaya pada hari kiamat, sebab di dalamnya terdapat berbagai hal yang MENAKUTKAN, MENCEMASKAN, MENGKHAWATIRKAN dan MENGGONCANGKAN AKAL maupun JIWA makhluknya. Kita sama sekali tidak bisa membayangkan.

ADA 4 HAL YANG MENUNJUKKAN HAL TERSEBUT :

1.Saat itu setiap orang hanya memikirkan dirinya sendiri
2.Ketakutan malaikat akan kedahsyatan nya, padahal mereka makhluk yang tidak dihisap.
3. Keberadaan Nabi Muhammad disana untuk memberikan syafaat.
Anas bin Malik berkata : "Aku memohon kepada Nabi agar memberikan SYAFAAT untukku pada hari kiamat.
Beliau bersabda: "Saya akan melakukannya"
Anas bertanya lagi :" Wahai Rasulullah dimanakah aku mencarimu? Beliau bersabda : "Carilah aku pertama kali diatas shirat"
Anas lalu bertanya lagi, "Bagaimana jika aku tidak menjumpai mu di atas shirat?.
Beliau bersabda, "Maka carilah aku di mizan". Aku bertanya , "Lalu bagaimana kalau aku tidak menjumpaimu di mizan? "
Beliau bersabda : "Maka carilah aku di Haudh (telaga) . Karena sesungguhnya aku tidak luput dari 3 tempat tersebut "
(HR Ahmad )

4.Saat itu tidak ada yang dapat berbicara kecuali para Rasul.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
"Lalu diletakkan shirat diantara kedua sisi jahanam, maka aku adalah orang yang pertama
kali melewatinya diantara para Rasul yang membawa umatnya. Tidak ada yang dapat berbicara ketika itu kecuali para Rasul. Doa para Rasul ketika itu adalah : "YA ALLAH , SELAMATKANLAH, SELAMATKANLAH..."
(HR Al-Bukhari (806), Muslim (182) )

Dari hadis-hadis diatas terlihat jelas bahwa ujian melewati shirat termasuk salah satu ujian yang mengharuskan kita memelihara amal-amal yang bisa menyelamatkan kita dari ujian-ujian tersebut.

Abdullah bin Masud meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda : "ORANG YANG TERAKHIR MASUK SURGA ADALAH ORANG YANG BERJALAN DIATAS SHIRAT DALAM KEADAAN SESEKALI BERJALAN, SESEKALI TERSUNGKUR DAN SESEKALI API NERAKA MENJILATNYA"
Ketika ia telah melewati itu , iapun menoleh kebelakang, "MAHA SUCI ALLAH YANG TELAH MENYELAMATKANKU DARIMU, SESUNGGUHNYA ALLAH TELAH MEMBERIKU SESUATU YANG TIDAK DIBERIKANNYA KEPADA SEORANGPUN DIANTARA ORANG-ORANG TERDAHULU DAN ORANG-ORANG YANG TERKEMUDIAN.
(HR Al-Bukhari (16571)).

APAKAH ORANG-ORANG KAFIR DAN MUNAFIK AKAN MELEWATI SHIRAT?

Sebagian ulama berpendapat bahwa seluruh manusia baik muslim maupun kafir akan melewati shirath. Tetapi dalam As-shahihain disebutkan bahwa orang- orang musyrik dan ahli kitab tidak akan melewati shirat, sebab sebelum ujian melewati shirat mereka diperintahkan untuk mengikuti apa yang mereka sembah selain Allah sewaktu di dunia. Merekapun mengikuti sesembahan - sesembahan itu ke neraka. Kemudian di dorong keneraka sekuat-kuatnya. Sehingga merekapun berjatuhan kedalamnya. Setelah itu hanya umat ini yang tersisa di Mahsyar. Kemudian diletakkan shirat diatas neraka jahanam.

Tinggallah orang- orang yang dulunya menyembah Allah, baik yang taat maupun yang bermaksiat dan juga beberapa yang tertinggal (sisa-sisa) ahli kitab.

Dikatakan kepada mereka ;APA YANG MENGHALANGI KALIAN SEKALIAN SEDANGKAN ORANG -ORANG TELAH PERGI?. Mereka menjawab ;KAMI TELAH TERPISAH DENGAN MEREKA SEDANGKAN KAMI SANGAT MEMBUTUHKANNYA HARI INI. SESUNGGUHNYA KAMI

TELAH MENDENGAR PENYERU YANG MENYERUKAN HENDAKLAH SETIAP KAUM MENEMUI APA YANG DULU MEREKA SEMBAH.SESUNGGUHNYA KAMI SEDANG MENUNGGU ROBB KAMI.

Dalam riwayat muslim disebutkan bahwa :
Nabi bersabda :”APABILA DATANG HARI KIAMAT ADA PENYERU YANG MENYERUKAN : “HENDAKLAH SETIAP UMAT MENGIKUTI APA YANG DULU MEREKA SEMBAH”. MAKA TIDAK ADA SEORANGPUN YANG DULUNYA MENYEMBAH SELAIN ALLAH BERUPA PATUNG-PATUNG DAN BERHALA-BERHALA KECUALI IA JATUH KEDALAM NERAKA ".

Akhirnya tidak ada yang tertinggal , kecuali orang-orang yang dulunya menyembah Allah dari golongan yang taat atau ahli maksiat dan juga beberapa yang tertinggal ( sisa-sisa ) ahli kitab.

Datanglah Rabbul alamin menemui mereka dalam bentuk lain yang mereka lihat sebelumnya.

Allah berfirman: “APA YANG KALIAN TUNGGU?”
PADAHAL SETIAP UMAT TELAH MENGIKUTI APA YANG DULU MEREKA SEMBAH. Mereka berkata : “WAHAI RABB KAMI , KAMI TELAH TERPISAH DARI ORANG-ORANG ITU DI DUNIA. PADAHAL KAMI MEMBUTUHKAN MEREKA SAAT ITU. NAMUN KAMI TETAP TIDAK BERSAMA MEREKA.

Dia berfirman : “AKU ADALAH ROBB MU.
Lantas mereka berkata , “KAMI BERLINDUNG KEPADA ALLAH DARIMU. KAMI TIDAK AKAN MEMPERSEKUTUKAN ALLAH DENGAN SESUATUPUN (dua sampai tiga kali), SEHINGGA HAMPIR SAJA DIANTARA MEREKA ADA YANG BERPALING ( dari kebenaran)

Lalu Dia berfirman : “ APAKAH ANTARA KALIAN DENGANNYA ADA TANDA YANG KALIAN KETAHUI?” . Mereka Menjawab ;: “YA . LALU, DIA MENGHILANGKAN KETAKUTAN DAN KEGALAUAN”

MAKA TIDAKLAH TERTINGGAL ORANG YANG DULUNYA BERSUJUD KEPADA ALLAH DENGAN IKHLAS, KECUALI ALLAH MENGIZINKANYA UNTUK BERSUJUD, DAN TIDAKLAH TERTINGGAL ORANG YANG DULUNYA BERSUJUD KARENA CARI AMAN DAN RIYA (INGIN DILIHAT ORANG LAIN), KECUALI ALLAH MENJADIKAN PUNGGUNGNYA RATA (LURUS), SETIAP KALI IA INGIN SUJUD, IAPUN TERSUNGKUR DENGAN TENGKUKNYA.

Kemudian mereka ( yang bersujud ) mengangkat kepala . Sedang DIA telah beralih dalam bentuk yang mereka lihat pertama kali. Maka dia berfirman : "AKU ADALAH RABBMU", Lalu mereka berkata : “ENGKAU RABB KAMI”.
Kemudian diletakkan shirat diatas jahannam.
Dan yang ada HANYA IZIN MEMINTA SYAFAAT.
Mereka (Para NABI PUN BERDOA) , “YA ALLAH SELAMATKANLAH, SELAMATKANLAH”

Ibnu Rajab berkata “ Hadis ini jelas menerangkan bahwa setiap orang yang beribadah kepada sesuatu selain Allah, seperti golongan ahli kitab yang menyembah Al-masih dan Uzair, akan bergabung dengan Musyrikin untuk sama-sama dijerumuskan kedalam neraka sebelum shirat dibentangkan”

Hanya saja para penyembah berhala , matahari, bulan dan golongan musyrikin lainnya akan mengikuti apa yang dulu nya mereka sembah didunia. Lalu merekalah yang pertamakali masuk neraka bersama sesembahan mereka. AlQuran sendiri telah memberi keterangan yang semakna dengan ini dalam firman Allah :
“IA BERJALAN DIMUKA KAUMNYA PADA HARI KIAMAT LALU MEMASUKKAN MEREKA KEDALAM NERAKA. NERAKA ITU SEBURUK-BURUK TEMPAT YANG DIDATANGI (Hud : 98)

Sedangkan orang-orang munafik akan melewati titian itu . Mereka diberikan cahaya untuk menerangi jalan mereka.
Kemudian dipadamkan cahaya mereka agar mereka berjatuhan kedalam tingkatan yang paling bawah dari neraka. Kita berlindung kepada Allah.

Jabir Bin Abdullah pernah berkata,… “Setiap Manusia Baik Munafik maupun Mukmin Akan Diberi Cahaya kemudian Mereka Mengikutinya. Diatas Jembatan Jahannam ada cakar-cakar (besi-besi pengait) dan duri-duri yang menyambar siapapun orang yang dikehendaki Allah. Kemudian dipadamkan Cahaya Orang-Orang munafik. Selanjutnya Selamatlah Orang-Orang Mukmin. (HR Ahmad dlm Al-Musnad(14763) dan Muslim (191)

KEADAAN MANUSIA DIATAS SHIRATH

Orang yang melewati Shirath ada empat golongan masing-masing menurut kadar keimanan dan amalnya.
Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri Bahwa Rasulullah bersabda :”Diletakkan Shirath diantara kedua tepi Jahannam, diatasnya ada duri-duri seperti duri As-Sa’ dan (jenis tumbuhan berduri) kemudian orang-orang melewatinya.

Ada orang yang sampai (keseberang) dan selamatlah ia.
Ada yang tersambar sehingga tubuhnya tercabik, namun ia tetap selamat, tetapi adapula yang terkait lalu terhempas keneraka. (HR Ahmad dalam Al-Fath Ar_rabbani :24/157)

1.Diantara mereka ada yang melewatinya dengan cepat dan selamat dari titian itu. Sehingga ia tidak tersentuh panasnya jahannam ataupun cakar-cakar shirath. Hal ini disebutkan dalam hadis riwayat Abdullah bin Mas’Ud dimana Rasulullah bersabda : “MANUSIA AKAN MENDATANGI NERAKA , KEMUDIAN MEREKA AKAN PERGI DARI NERAKA ITU SESUAI DENGAN AMAL-AMALNYA. GOLONGAN PERTAMA DIANTARA MEREKA SECEPAT KILAT, KEMUDIAN SEPERTI ANGIN, KEMUDIAN SEPERTI KENCANGNYA KUDA MAKSUDNYA LARI KUDA , KEMUDIAN SEPERTI ORANG YANG MENGENDARAI HEWANNYA, KEMUDIAN SEPERTI LARINYA SESEORANG. KEMUDIAN SEPERTI ORANG YANG BERJALAN.
(hr Ahmad dalam Al-Fath Ar-rabbani)

2.Diantara mereka ada yang tercabik-cabik oleh cakar-cakar shirath atau terpotong-potong dagingnya, namun kemudian ia selamat.
“… DIKEDUA TEPI SHIRATH ADA BESI-BESI PENGAIT LAKSANA CAKAR-CAKAR YANG TERGANTUNG (Shahih muslim bin syarhi an-nawawi(3/25) (182)), YANG DIPERINTAHKAN UNTUK MENYAMBAR SIAPA YANG DIPERINTAHKAN KEPADANYA. LANTAS ADA YANG TERCABIK-CABIK DAN TERHUYUNG-HUYUNG NAMUN SELAMAT SAMPAI TUJUAN.
ADA PULA YANG DISAMBAR DAN DIHEMPASKAN DI NERAKA (HR MUSLIM ( 9195) DAN Al hakim (4/631) dari sahabat hudzaifah).

3. Diantara mereka ada yang tertahan diatas shirath lalu mengalami berbagai penderitaan hebat berupa jilatan api neraka jahannam serta azab , teror lainnya yang membuat jantung seperti terlepas .
Diriwayatkan dari Sahl bin Muadz bin anas Al –Juhani dari ayahnya dari nabi yang bersabda : “BARANGSIAPA YANG MELONTARKAN KEPADA SESEORANG MUSLIM SESUATU (TUDUHAN) DENGAN MAKSUD INGIN MENCELA NYA, NISCAYA ALLAH MENAHANNYA DIATAS JEMBATAN JAHANNAM SEHINGGA IA MENARIK PERKATAANNYA”
(HR Abu Dawud 948830 dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud (4086)).

4. Diantara mereka ada yang dibinasakan oleh amalannya sendiri, sehingga iapun jatuh kedalam neraka. Kita berlindung kepada Allah.
Hal ini disebutkan dalam riwayat Abu Bakar dari nabi yang bersabda:
“PADA HARI KIAMAT KELAK MANUSIA AKAN DILETAKKAN DIATAS SHIRATH , LALU PARA PENJAGA SISI SHIRATH MENJATUHKAN MEREKA LAKSANA BERJATUHANNYA KUPU-KUPU KEDALAM API NERAKA, “BELIAU BERSABDA, “LALU DENGAN RAHMATNYA, ALLAH SELAMATKAN SIAPAPUN YANG DIKEHENDAKINYA” (HR Ahmad dalam Al-Fath Ar-Rabbani 24/156, At-tabrani, Albazzar dan di shahihkan Al-Albani dalam Zhilalul jannah 9837)

Pada saat yang sangat sulit, sangat menakutkan dan membuat jantung serasa copot iniPARA RASUL MEMANJATKAN DOA DENGAN MENGATAKAN. “YA ALLAH SELAMATKANLAH, SELAMATKANLAH”, Sebagai rasa KASIH DAN SAYANG TERHADAP KEADAAN MANUSIA YANG MEREKA LIHAT DIATAS SHIRATH INI….
Wallahualam …

Saya memohon kepada Allah yang maha Agung , Rabb Arsy Yang mulia , agar menyelamatkan kita dari berbagai ujian hari kiamat dan dari ujian shirath .Semoga Allah memasukkan kita ketempat yang mulia dan tidak memperlakukan kita dengan sifat yang sudah biasa menjadi sifat kita, tapi memperlakukan kita dengan cara Yang sesuai Dengan Sifat-Nya… Amin.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Karena kita salah memahami keinginan ibu yang sederhana

Suatu hari, seorang anak akan berangkat keluar negeri untuk melanjutkan pendidikan nya. Kedua orang tuanya, karena akan berpisah dengan anak yang dicintainya dengan jarak yang sangat jauh, tentu ingin meluapkan rasa  perhatian nya dengan mengantarkan anaknya itu ke bandara. Orang tua manapun, terutama ibu, akan selalu ingin menyertai anak nya di saat saat penting seperti ini, entah sekedar memberi semangat, mendoakan, atau sekedar melepas rasa haru kepada darah daging nya.

Tapi si anak yang sudah merasa besar dan dewasa, tanpa merasa bersalah menolak niat baik orang tuanya. Dia justru menganggap keinginan baik mereka, seperti perlakuan orang dewasa kepada anak kecil yang harus ditemani kemanapun akan pergi. Si anak meminta orang tuanya untuk tetap tinggal dirumah dan membiarkannya berangkat sendiri.
Mungkin saja anak itu punya niat baik untuk tidak merepotkan orang tuanya, namun ia gagal memahami perasaan hati seorang ibu. Ia tidak mengerti gemuruh hati orang yang begitu berat melepas anak nya untuk pergi jauh. Sehingga yang terjadi kemudian, keinginan sederhana itu tak terwujud dan bahkan menyisakan luka di hati. Anak yang dibesarkannya dengan penuh cinta dan pengorbanan, yang di sekolahkan hingga pandai, ternyata pikirannhya tak mampu menjangkau dalam nya cinta dan kasih sayang orang tuanya. Dia hanya bisa menafsir keinginan orang tuanya sebatas itu ; menganggap nya masih kanak – kanak. Padahal persoalannya tidak sesederhana itu, karena disini jelas tersimpan sebuah keingina yang tak dipahami si anak, mereka memiliki keinginan untuk tetap memberikan cintanya dalam waktu sekejap itu, sebelum berpisah dengan waktu yang cukup lama. Dalam benak mereka mungkin  terselip, “ Andai ini pertemuan terakhir, aku ingin menatap anak ku untuk yang terakhir kalinya,” atau  “ Anakku  membutuhkan kekuatan do’a, maka aku ingin mengiringi kepergiannya dengan lantunan do’a”.

Sekedar ingin membuat kita senang

Barangkali, tidak ada orang yang paling tahu kesukaan kita selain ibu. Dari kecil kita di asuh, hingga dewasa kita di asah, ibu sangat mengerti kita, mengerti semua kesenangan kita dan hal – hal yang membuat kita senang. Dan keunikan dari seorang ibu, ia selalu ingin menghadirkan kesenangan – kesenangan itu untuk kita walau kita sudah dewasa dan menganggap sudah tidak di masa itu lagi, atau merasa sudah mampu menghadirkannya sendiri.  Betapa mulianya ia, yang tak pernah bosan dan lupa dengan kesenangan – kesenangan masa lalu kita. Suatu hari kita datang menjenguk nya, ia selalu siap menyajikan menu – menu makanan kesukaan kita. Atau bahkan ia selalu bertanya, “mau makan apa nak?, mau di masakin apa?”, semua siap ia sediakan. Pun ketika kita akan pergi lagi,ia selalu membekali cemilan – cemilan kegemaran kita, meski kita selalu mencari – cari alasan untuk menolaknya karena merasa berat membawanya.

Ada seorang kakak yang menceritakan dialognya lewat telepon dengan adiknya yang tinggal bersama ibu nya. Sang kakak yang tinggal di perantauan meminta adiknya untuk mengirimkan jamu dari kampung halamannya. Tetapi ketika barang itu hendak di kirim. Sang adik meminta biaya tambahan, sebab selain jamu si ibu juga menyertakan makanan ringan berupa intip (kerak nasi yang dikeringkan), makanan kesukaan sang kakak sejak kecil. Karena merasa tidak memesan intip, si kakak pun meminta adiknya untuk membawa kembali saja makanan itu. Tetapi si adik yang berkali – kali didesak tetap menolak sambil mengatakan, “lebih baik saya berikan orang ke jalan dari pada ibu kecewa. Tiap hari kalau masak di tunggui supaya jadi intip. Ibu juga mencari matahari di banyak tempat agar intip nya cepat kering, bisa di goreng dan siap dikirimkan, tapi kamu kok malah begitu?”. Dari seberang sana, dadanya seperti teriris, tenggorokannya terasa serak saat itu juga, susah menelan ludah nya. Pikirannya melayang, Ia membayangkan ibu nya yang begitu tulus berbuat sesuatu yang membuatnya senang, tetapi ia hampir gagal memahami ke inginan ibu nya yang sederhana, tetapi menyimpan kasih sayang yang begitu besar.

Semoga kita dapat membahagiakan orang tua kita, dengan memahami dan memenuhi keinginan – keinginan nya yang sederhana. Karena pada hakikatnya, apapun yang kita berikan, tidak akan pernah sepadan dengan kasih sayang yang mereka curahkan kepada kita.

Jumat, 21 Oktober 2011

nyamuk tidur

"nak kenapa kamu belum tidur ? Ini khan sudah malam??"
"berisik pak banyak nyamuk,aku lagi nunggu nyamuknya pada tidur pak biar gak berisik"

Dari ibu untuk anaknya

Bersyukurlah saat kau tidak mengetahui sesuatu karena hal itu memberimu kesempatan untuk belajar.

Bersyukurlah atas masa-masa sulit yang kau hadapi karena selama masa itulah kau menjadi dewasa.

Bersyukurlah atas keterbatasan yang kau miliki karena hal itu memberimu kesempatan untuk memperbaiki diri.

Bersyukurlah atas setiap tantangan baru karena hal itu akan membangun kekuatan dan karaktermu.

Bersyukurlah atas kesalahan-kesalahan yg telah kau perbuat karena hal itu akan memberimu pelajaran yang sangat berharga.

Adalah mudah untuk bersyukur atas hal-hal yang baik. Adapun kehidupan yang bermakna adalah bagi mereka yang juga bersyukur atas kesulitan yang dihadapi.

Berusahalah, bersyukur atas kesulitan yang kau hadapi hingga kesulitan itu menjadi berkah bagimu.

Baru saja mengenal komputer

Ucup baru saja belajar mengenal dunia perkomputeran. Ada-ada aja kejadian yang dia alami.

Suatu siang Ucup menelepon toko tempat dia baru saja membeli printer barunya, "Halo, selamat siang, ini Ucup. Saya tidak bisa ngeprint nih Pak. Setiap saat saya coba klik 'print' di monitor saya malah keluar tulisan 'Can't Find Printer' (printer tidak ditemukan). Padahal printernya udah saya taruh persis di depan monitor lho, Pak!"

Pada hari yang lain Ucup ketakutan sebab dia menghilangkan sesuatu dari monitornya, dan menelepon sebuah toko komputer, "Wah ada masalah gawat nih, Pak. Temanku baru saja memasang 'Screen Saver' di monitorku. Tapi setiap saya menggerakkan mouse, 'screen savernya' hilang!"

MALIK REWAS

duka keur iseng atawa duka ku naon,hiji waktu incu-incuna nini unih ngirim kuis SMS dina TV anu hadiahna samiliar. kabeneran waktu ngirim kuis teh maranehna make identitas ninina.
saminggu ti harita waktu nini unih keur mandi, incu-incuna kabeneran lalajo pengumuman eta kuis. Teu disangka teu dinyana, eta anu meunang hadiah samiliar teh nini unih! Incu-incuna antara atoh, reuwas, jeung bingung. Rek teu bingung kumaha atuh,apanan nini unih mah boga panyakit jantung. Tong boro dibejaan meunang duit samiliar, Kamari oge basa taktakna kapuragan cakcak.apan si nini nepi dibawa ka rumah sakit,bakating ku reuwas.
Akhirna incu-incuna badami. Engke ngabejaan si nini mah rek make basa perumpamaan we. Tah, geus kitu si nini kaluar ti kamar mandi.
"keur naraon maraneh teh ngariung hareupeun TV?" nini unih nanya.
"Biasa lalajo we ni! Ni... diumpamakeun yeuh, kumaha upami nini hiji waktos kenging hadiah artos samiliar?" ceuk si epul, incu panggedena.
Bari asup ka kamar,nini unih ngajawab:
"Ah, ku nini mah eta duit kabeh rek dibikeun ka maneh, pul!"
Ngadenge jawaban ti ninina, eta mah Si epul langsung nyekelan dadana. Beungeut pias, kesang tiis. Manehna kapiuhan,digotong dibawa ka rumah sakit. :D

Peringatan Waktu

Semakin dalam kita menikmati kehidupan in semakin habis juga waktu dan masa yang kita punya bagaikan seortang anak kecil yang sedang memakan sebatang cokelat semakin dia menikmati rasanya dan kelezatannya maka ia juga akhirnya tersadar bahwa cokelatnya akan segera habis, inilah sikap yang seharusnya terpatri dalam semua hamba allah yang fana.
Dunia yang sekelumit telah menyebabkan banyak insan yang silau dibuatnya seolah-olah hidup ini akan berlangsung selamanya, taak heran jikalau banyak manusia yang semakin terjerembab kedalam kubangan kehinaan tanpa nilai dan moral. Padahal kita hanyalah seonggok tanah yang berwujud manusia yang pernah allah ciptakan dari setetes air yang hina. namaun kaena kesombongan dan keangkuhannya manusia seolah menjadi makhluk yang akan kekal abadi semua aturan dilanggarnya semua ayat dinistakannya hidupnya hanya mengenal kenikmatan sementara nafasnya mereka habiskan dalam kesewenang-wenangan hawa nafsu belaka.

Senin, 17 Oktober 2011

Nenek Pemungut Daun

Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw?
Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.

"Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.
Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Ta'mir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya." Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu. "Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."
Allohumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad....

Rasulullah dan Pengemis

"Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap
harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahai
saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu
pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka
kalian
akan dipengaruhinya". Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan
membawakan
makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan
makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat. Setelah wafatnya Rasulullah SAW praktis tidak ada lagi orang yang
membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari
! sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah
anaknya Aisyah RA yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu, "Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?". Aisyah RA menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak
ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja". Apakah Itu?", tanya Abubakar RA. "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi keujung pasar dengan
membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana", kata Aisyah RA.
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk
diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu
memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya,
si pengemis marah sambil menghardik, "Siapakah kamu ?". Abubakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa." "Bukan! Engkau bukan ora! ng yang biasa mendatangiku", bantah si pengemis buta itu. "Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak
susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih
dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku", pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata
kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW". Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... " Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan
Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq
Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau?
Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq. Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita sanggup melakukannya.

Jumat, 14 Oktober 2011

Kisah Tukang Cukur

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan bewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai hangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih kepada TUHAN.
Si tukang cukur bilang “saya tidak percaya kalu Tuhan itu ada”.
Kenapa kamu berkata begitu ?,”kata si konsumen”.
“Begini, coba kamu perhatikan di depan sana, di jalanan…..untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada”.
“katakan kepadaku, jika tuhan itu ada. Adakah yang sakit? Adakah anak-anak terlantar? Adakah yang hidupnya susah..?”.
“Jika Tuhan ada, tak akan ada sakit ataupun kesusahan”.
Saya tidak dapat membayangkan Tuhan yang Maha Penyayang membiarkan ini semua terjadi”. Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon apa yang dikatakan si tukang cukur tadi, karena ia tidak ingin terjadi adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa saat setelah ia meninggalkan ruangan itu, dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar, kotor dan brewok, tidak pernah di cukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur tadi dan berkata : “kamu tau, sebenarnya di dunia ini tidak ada tukang CUKUR….!”
Si tukang cukur tidak terima dan ia berkata : “kamu kok bias bilang begitu ..?”
“saya tukang cukur dan saya ada di sini, dan barusan saya mencukurmu”.
“tidak…!”, elak si konsumen. “tukang cukur itu tidak ada!, sebab jika tukang cukur itu ada maka tidak ada orang berambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang diluar sana”, si konsumen menambahkan.
“ah tidak, tapi tukang cukur itu tetap ada”, sanggah di tukang cukur. Apa yang kamu lihat itu karna salah mereka sendiri, mengapa mereka tidak datang kepada saya untuk mencukur dan erapikan rambutnya..?”, jawab si tukang cukur membela diri.
“COCOK, Saya Setuju..!”, kata si konsumen. “itulah point utamanya!...sama dengan Tuhan. “Maksud kamu bagaiman…?”,Tanya si tukang cukur tidak mengerti.
“Sebenarnya Tuhan itu ada, tapi apa yang terjadi sekarang ini…?
Mengapa orang-orang tidak mau datang kepada-Nya dan mencari-Nya …? Oleh karna itu banyak yang sakit dan tertimppa kesusahan di dunia ini”.
Si tukang cukur terbengong…!! Dalam hati dia berkata : “benar juga apa kata dia…mengapa aku tidak mau datang kepada Tuhanku….untuk beribadah dan berdo’a, memohon agar dihindarkan dari segala kesusahan dalam hidup ini…?”.

Yakinkah anda bahwa Tuhan ada….? Semoga kita senantiasa mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan dalam hidup ini. Amiin.

Kisah Ketabahan Seorang Ibu Tua Renta

Suatu ketika si ibu melakukan perjalanan dengan menumpang perahu layar dari
daratan tempat kediamannya menyeberangi lautan menuju suatu daerah dimana
anaknya sedang menuntut ilmu. Ditengah perjalanan, perahu tiba-tiba datang
badai dan ombak yang sangat ganas menghempaskan perahu, sehingga perahu
layar tersebut berjalan tak tentu arah terbawa ombak. Melihat kejadian
tersebut, semua penumpang kecuali ibu ini, berteriak-teriak histeris karena
ketakutan, ada yang mencari pelampung, ada yang saling berpelukan dengan
anggota keluarga dan teman seperjalanan dan ada juga yang sudah meloncat ke
air untuk berusaha berenang mencari pantai dilautan yang tidak kelihatan
tepiannya. Sang nakhoda tetap berusaha mengendalikan perahu layar tersebut
semampunya dengan harapan jangan sampai perahu itu terbalik dan tenggelam.

Dalam keadaan yang sudah kacau balau tersebut, si ibu tetap duduk dengan
tenang sambil sesekali menengadahkan wajah dan tangannya ke atas dengan
bibir komat-kamit. Seorang awak kapal ternyata memperhatikan si ibu tua itu
dan kemudian ia mendekati seraya berkata :" Ibu... apa yang sedang engkau
lakukan, mengapa ibu diam saja dan tidak berusaha untuk menyelamatkan diri
.."? Lalu sang ibu memndang awak kapal itu dengan senyum yang sangat ikhlas
dan tenang, lalu dia berkata :" apakah yang dapat aku lakukan disaat
seperti ini.."? Awak kapal menjawab :" pergilah cari pelampung atau
masuklah ke sekoci bersama dengan penumpang yang lain" Si ibu kembali
bertanya.." apakah dengan kondisiku yang sedemikian ini akan mampu berebut
pelampung atau mampu bertahan untuk saling mendorong di dalam sekoci yang
sekecil itu..? apakah kapal ini tidak lebih besar dari sekoci itu untuk
tempat berteduk dan berlindung.."? lalu sang awak kapal menjawab :" ibu,
kapal ini akan tenggelam karena sudah terlalu banyak air laut yang masuk"
Kemudian si ibu menjawab :" aku sangat berbahagia untuk tetap tinggal di
kapal ini, karena sekoci dan pelampung itu tidak akan pernah sampai ke
daratan yang akan kita tuju, karena mereka tidak akan kuasa menentukan
arahnya, sementara Jikalau Tuhan mengijinkan kapal ini bertahan, maka akan
sampailah kita ke daratan tujuan kita dan aku akan bertemu dengan anakku
yang kucintai yang sedang menungguku disana". Si awak kapal bingung dan
kembali bertanya :" bagaimana sekiranya kita tidak mampu untuk meneruskan
perjalanan dan kita putar haluan untuk kembali..?" si ibu menjawab :" aku
juga akan berbahagia, karena aku akan kembali berkumpul dengan suami ku
yang sedang menunggu ku di rumah.." Lalu si awak kapal kembali bertanya:"
Bagaimana kalau kapal ini tenggelam dan kita akan mati ditelan ombak
badai..?" si ibu kembali menjawab dengan tenang dan senyum :" aku juga
akan tetap berbahagia, karena aku akan bertemu dengan anakku yang telah
lama pergi menghadap Sang Penciptanya". Seketika itu sang awak kapal baru
tersadar.., ternyata ketabahan ibu ini sungguh luar biasa, lalu dengan
tangan yang lembut ia menuntun ibu tua itu untuk masuk menuju ruang awak
kapal serta berkata " Terimakasih Ibu, engkau telah memberiku pelajaran
yang sangat berharga, bahwa hidup harus dihadapi dengan ketenangan jiwa dan
terutama penyerahan diri kepada Allah Sang Pencipta"

Selasa, 11 Oktober 2011

Makna sebuah titipan

Makna sebuah Titipan
Sering kali aku berkata ketika orang memuji milikku, bahwa sesungguhnya ini hanya titipan…
Bahwa mobilku hanya titipan Allah…
Bahwa rumahku hanya titipan-Nya…
Bahwa hartaku hanya titipan-Nya…
Bahwa putraku hanya titipan-Nya…
Bahwa orang tuaku hanya titipan-Nya…
Tetapi…mengapa aku tak pernah bertanya…mengapa Dia menitipkan kepadaku…?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku…?
Dan kalau bukan milikku…apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya ini….?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku…? Mengapa hatiku justru terasa berat ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya..?
Ketika diminta kembali…kusebut itu sebagai musibah….kusebut itu sebagai ujian….kusebut itu sebagai petaka…kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita…
Ketika aku berdo’a….
Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku…
Aku ingin lebih banyak harta…ingin lebih banyak mobil…
Lebih banyak popularitas…dan kutolak sakit… kutolak kemiskinan…
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku…
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika…
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku…
Kuperlakukan DIA seolah mitra dagang dan bukan KEKASIH…
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”… dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku….
Gusti…ya Allah yang Maha Agung….padahal tiap hari ku ucapkan, bahwa hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu…. Bencana dan keberuntungan sama saja….

Pesankan Tempatku di Neraka

Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi Muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan etika. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa terjaga. Jilbab memang memiliki multifungsi.

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari Kairo ke Alexandria; di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat, karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang perhatian kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial.
Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang dikenakannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri. Disamping itu, pakaian tersebut juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan. Orang tua itu bicara agak hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana seorang bapak terhadap anaknya.

Apa respon perempuan muda tersebut? Rupanya dia tersinggung, lalu ia ekspresikan kemarahannya karena merasa hak privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang!
"Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!"
Sebuah respon yang sangat frontal. Orang tua berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Penumpang lain yang mendengar kemarahan si wanita ikut kaget, lalu terdiam. . .
Detik-detik berikutnya, suasana begitu senyap. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpi, tak terkecuali perempuan muda itu. Lalu sampailah perjalanan di penghujung tujuan, di terminal terakhir mikrobus Alexandria . Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tidur, karena posisi tidurnya berada dekat pintu keluar.
"Bangunkan saja!" kata seorang penumpang. "Iya, bangunkan saja!" teriak yang lainnya.
Gadis itu tetap bungkam, tiada bergeming. Salah seorang mencoba penumpang lain yang tadi duduk di dekatnya mendekati si wanita, dan menggerak-gerakkan tubuh si gadis agar posisinya berpindah. Namun, astaghfirullah! Apakah yang terjadi? Perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui ajalnya dalam keadaan memesan neraka!
Kontan seisi mikrobus berucap istighfar, kalimat tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris meneriakkan Allahu Akbar dengan linangan air mata.
Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan. Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya.... Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat... Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk...
Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah... Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya. Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat dengan-NYA semakin dekat. Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar...
mumpung kesempatan itu masih ada! Apakah booking tempatnya terpenuhi di alam sana? Wallahu a’lam. Ya Robb…..wafatkan kami dalam keadaan husnul khusnul khotimah….amiiiin.

Kisah dua tukang Sol (Pertolongan Allah Pasti datang)



Mudah2an kisah ini bermanfaat, khususnya bwt saya pribadi....

"Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.
Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.
Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.
“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.
“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.
“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin tahitan.” kata mang Udin memelas.
“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”
“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.
“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.
“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.
“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.
Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.
“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”
Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.
Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,
“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”
Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,
“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”
“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.
“Abang yakin?”
“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.
“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.
“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.
Keesokan harinya, mereke bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.
“Apa kabar mang Udin?”
“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.
Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,
“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”
“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.
“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.
Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,
“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”
“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.
Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.
“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.
Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.
“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.
“Tidak.”
“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”
Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.
“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.
“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”
Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik. insya Allah.....

Kamis, 06 Oktober 2011

Pengorbanan Seorang Ibu Part 4










Saat kita berumur lima tahun, ibu suka membelikan pakaian yang bagus-bagus. Ibu begitu bangga melihat anaknya sudah selesai mandi dan mengenakan pakaian bersih.

Masya Allah perlakuan ibu yang lembut dan tulus ternyata kita balas dengan sesuatu yang buruk. Kita tidak tahu balas budi dan kebaikannya. Justru kita bermain-main lumpur sehingga tubuh dan pakaian berlepotan kotoran. Tetapi dengan tangan yang dingin dan sikap yang sabar ia rela menanggung akibatnya. Ia lepaskan pakaian kita, ia ajak kita untuk mandi, ia mencuci pakaian yang kotor itu. Ya Allah, inikah balasan seorang anak kepada ibunya yang sudah berjerih payah memberikan pakaian bagus ?

Ketika ibu melihat anak-anak berpakaian TK berangkat sekolah, ia menjadi tak sabar. “ Betapa bahagianya jika anakku sudah bersekolah seperti mereka!” demikian pikiran dalam hatinya yang suci.

Usia kita sudah enam tahun. Ibu mendaftarkan sekolah. Dihari-hari pertama, ia merasa senang karena melihat kita mengenakan pakaian seragam. Ibu sangat berharap agar kita menjadi anak yang pandai dan mendapatkan banyak pengalaman di sekolah. Namun bagaimana sikap kita di saat itu ?

Dengan lemah lembut ibu kita mengajak kita berangkat sekolah dihari pertama, namun dengan nada membentak dan berteriak-teriak kita menolak untuk pergi. Meskipun demikian ibu terus merayu dan membujuk dengan lemah lembut. Ia terus mencoba agar kita mau diantarkan sekolah.

Begitulah kasih saying ibunda. Ia sangat berbahagia ketika akhirnya kita mau diantar ke sekolah. Banyangkan pengorbanan ibunda! Demi kita, anaknya yang disayangi, ia rela tidak masuk kantor karena menunggui dengan sabar di luar kelas. Balasan apakah yang kita berikan manakala diri ini sudah dewasa kita menjadi orang pandai dan menyandang jabatan?

Semakin bertabahnya usia, sikap dan kebiasaan kita semakin merepotkan ibunda. Tak jarang kita bermain dengan teman di luar rumah dan berakhir dengan pertengkaran. Karena kenakalan itu, akibatnya anak orang lain menjadi korban. Atas perbuatan kita justru ibu yang dibuat repot. Dengan kerendahan hati ibu kita mendatangi tetangga dan minta maaf. Begitulah sang ibu! Ia berkorban demi anaknya. Namun seringkali kita tidak tahu diri. Kita tidak pernah berhenti mengganggu teman, sehingga berkali-kali ibu dengan menahan rasa malu mendatangi orangtua mereka untuk meminta maaf.

Di usia tujuh sampai Sembilan tahun kita sering membuat jengkel ibunda. Ketika kita diajak bertamu, tiba-tiba menyenggol gelas dan memecahkannya. Ketika kita asyik bermain dan lupa waktu, ibunda mencari kesana kemari dengan hati cemas.

Ibunda ingin agar anaknya pandai, meskipun dengan membayar mahal, ia bersemangat untuk mendaftarkan kita di lembaga kursus. “ya Allah, betapa besar dosaku, aku tidak pernah menghargai jerih payahnya dalam mencarikan biaya untuk kursus, Aku bukan berangkat ke tempat kursus tetapi main game di tempat lain!”

Ketika mendengar adzan ashar, ibunda memperingatkan agar kita segera shalat berjama’ah, namun kita tidak menghiraukan karena asyik bermain atau bermalas-malasan di tempat tidur. Ibunda juga mendaftarkan kita ke ustadz agar kita belajar mengaji di TPQ/TPA. Namun niat baik sang ibu yang tulus itu justru kita balas dengan kebohongan. Kita seringkali tidak berangkat ke tempat mengaji melainkan bermain-main dengan teman. “ya Allah, sungguh berdosa diriku, niat ikhlas tulus ibunda saya balas dengan kebohongan demi menuruti kesenangan sendiri.”

Sekali waktu kita minta diantar ke rumah teman atau ke sekolah atau untuk suatu keperluan. Padahal ibunda saat-saat itu sedang sibuk, namun karena kasih sayangnya ia mengorbankan waktunya untuk mengantarkan kita, namun apa balasan kita? Kita tidak berterimakasih dan tidak mencium tangannya melainkan membuka pintu mobil dan langsung meloncat keluar, inikah balasan anak terhadap ibunya?

Ibunda sudah berjerih payah belanja dan memasak di dapur, dengan harapan agar menu masakannya bisa memuaskan putra tercinta, namun ketika dengan lemah lembut menyuruh makan, kita sambut dengan sikap dingin, kita tadak menyukai masakannya. Padahal seandainya masakannya kita makan dan kita berikan pujian yang tulus, pasti kebahagian ibunda menjadi luar biasa.

Ibunda sangat bangga mempunyai anak seperti kita ini, ia perkenalkan kita kepada temannya dan meminta agar kita menjabat tangan mereka. Lihatlah senyum ibu kita begitu mengembang , itu artinya ia bangga punya anak seperti kita, namun apa balasan kita kepadanya?

Sungguh keterlaluan! Kita merasa malu memperkenalkan ibunda kepada teman-teman kita. Bahkan ketika teman-teman berkunjung ke rumah, kita sangat tidak suka jika ibunda ikut duduk bersama untuk menemani. Kita tidak pernah membanggakan ibu kita di depan orang lain, inikah anak berbakti? Meskipun demikian ibu kita mencoba untuk mengerti, ia mengalah dan menuruti kemauan kita untuk menjauh dari teman-teman kita.

Ibunda membelikan HP untuk kepentingan berkomunikasi dan memudahkan manakala dia menghubungi kita. Namun apa balas kita terhadapnya? Masya Allah, kita malah enggan mengangkat telepon manakala ibu menghubungi. Kita suka berganti-ganti kartu sehingga ibu jarang bisa berkomunikasi dengan kita jika ada sesuatu yang penting.

Ketika kita butuh kendaraan, dengan susah payah ibunda membelikan dengan cara kredit, tetapi kita tidak pernah tahu diri, motor baru itu kita preteli. Justru kita sering pulang sekolah terlambat ampai di rumah. Tahukah kita, bahwa ibu menunggu anaknya dengan hati cemas. Manakala kita sampai di rumah, ibunda menanyakan dari mana saja kita, namun kita tidak menjawab dengan baik-baik, justru berkata dengan kalimat yang menyakitkan. “ibu selalu ingin tahu urusan orang, cerewet!”

Di saat kita lulus SMA, ibu merasa ikut bersyukur dan berbahagia, apa balasan kita terhadap ibu yang sudah berjerih payah membiayai dan mendo’akan keberhasian kita? Justru kita pergi tanpa pamit untuk berpesta dengan teman-teman merayakan kelulusan hingga pagi. Tahukah perasaan ibu pada saat itu? Dia menunggunya dengan hati was-was, ketika ditelepon,kita malas mengangkatnya, hati ibunda menjadi sangat gelisah, semalaman tak bisa pejamkan mata, keluar masuk pintu dan menengok keluar, ia berdo’a untuk memastikan kita baik-baik saja, betapa durhakanya kita kepada ibunda.

“kedurhakaan” kita terus berlanjut sejalan dengan bertambahnya usia, kita tidak pernah membahagiakannya, melainkan selalu “merepotannya” meskipun ibu tidak pernah mengeluh dengan itu semua.

Ibu tidak pernah berhenti berfikir dan tak berhenti mencemaskan kita, ia gelisah sebelum kita menjadi orang yang mapan. Bayangkan, ketika kita telah lulus sarjana, ibunda selalu berdo’a agar anaknya segera mendapatkan pekerjaan.

Betapa ibu tak pernah berhenti berfikir manakala kita masih menganggur, hati senantiasa was-was manakala kita berteman dengan orang lain, ia khawatir anaknya terjerumus dan terpengaruh perbuatan buruk. Apalagi kita sering tidak pulang ke rumah tanpa memberitahukan keberadaan kita ada dimana.

Di saat kita mendapat pekerjaan, hati ibunda menjadi lega dan bersyukur. Namun apa yang bisa kita berikan sebagai balasan kepadanya? Justru kita menjadi sibuk dan sama sekali tidak menghiraukannya.

Kita tidak pernah berhenti membebani ibunda. Sampai-sampai di saat menikah saja, ia masih harus turut mengurus biaya pesta pernikahan. Setelah itu apa balasan kita kepadanya? Kita justru tidak mau berkumpul dengannya dalam satu rumah. Bahkan kita berpindah tempat di kota yang jauh dengan maksud agar tidak direpoti orangtua.

Ketika berusia 30 tahun, istri kita melahirkan. Kita punya anak, ibu sangat peduli dengan istri dan anak kita, namun I’tikad baiknya kita balas dengan penolakan. Ibunda mengajari istri kita bagaimana merawat bayi, namun kita justru berkata “itu cara kuno, sudahlah ibu jangan ikut campur tentang bayi kami!” tahukah?! Sesungguhnya kalimat seperti itu bagaikan ujung belati yang merobek-robek hatinya.

Ibu kita sudah semakin tua, ia kangen dengan kita dan cucunya. Ia ingin bermalam di rumah kita meskipun hanya sebentar, namun kita merasa sangat keberatan lalu menolaknya secara halus. Kita mengeluh jika rumah kita sempit dan tak ada kamar untuknya. Meskipun demikian, ibu mencoba untuk mengerti.

Di saat ibunda semakin renta, tubuhnya tak lagi sempurna jika berjalan, rambutnya sudah memutih, matanya telah kabur, ia sangat bersusah payah untuk melngkahkan kaki. Kesehatannya terus menerus dan mulai sakit-sakitan. Tahukah kita apa yang dia pikirkan ketika dalam keadaan sulit seperti itu? Ibu mengeluh daam hatinya, “ya Allah, seandainya di saat aku sakit dan tidak bisa apa-apa seperti ini anakku ada di sampingku, tentu keadaanku kan menjadi lain.”

Manakala ibu kita kesepian dan menghadapi sakitnya, sementara ditempat lain kita bersenang-senang. Kita tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan ibunda di saat itu, ketika dia menelepon , kita menjawab, “aku masih sibuk dengan pekerjaanku,bu!”

Padahal seandainya jika berbakti bisa saja kita menyempatkan waktu untuk bertemu ibu, namun karena sikap sang anak yang tidak tau balas budi sehingga kesibukan pekerjaan atau apapun dijadikan untuk berlindung dalam mengemukakan alasan.

Renungkanlah! Betapa besar dosa kita manakala seorang ibu yang sudah tua renta sendirian di tempat yang jauh, ketika sakit tak ada yang merawatnya, untuk makan, ia harus tertatih-tatih ke dapur untuk memasak makanan, untuk mengambil minum, mungkin dilakukannya dengan merangkak.

Keadaan seperti itu akan kita rasakan jika kelak kita telah memasuki usia udzur seperti ibunda. Ya Allah, ampunilah dosa kami dan dosa kedua orangtua kami, mereka telah mengasuh dan mendidik dengan kasih saying.

dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,” wahai tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” QS. Al-Isra’ 24.

Marilah kita mencoba menarik waktu kebelakang. Dalam perjalan hidup kita, senantiasa berselimut kasih sayang ibunda. Mulai dari berupa janin hingga berumur empat puluh tahun bahkan lima puluh tahun masih saja menyulitkan ibunda. Menyulitkan dalam makna selalu menjadi beban pikirannya.

Sebelum ibu meninggalkan kita ke alam fana, masih ada kesempatan untuk berbakti dan mengasihinya meskipun tak berarti jika dibandingkan dengan pengorbanannya.

Jika kita ingin mendapatkan hidup bahagia, mudah mencari rejeki dan dijauhkan dari masalah maka mintalah doa ibu yang tulus, duduklah di bawah kakinya dan cumlah lututnya untuk meminta keridhaannya, sebab sesungguhnya doa ibu sangatlah keramat, doa ibu mampu mengubah taqdir.

Barangkali diantara kita merasakan hidup tdak beruntung, maka intropeksilah kepada dri sendiri, mungkin saja kita kurang berbakti kepada ibunda. Mungkin saja bunda sakit hati atau kecewa terhadap kita, ini sangat berbahaya karena dari doa ibu dan kekesalannya dapat mendatangkan bencana. Naudzubillah!

Minggu, 25 September 2011

Untuk Direnungkan

Sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,

Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali



Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,

Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.



Sebelum kamu mengeluh tidak punya apa-apa,

Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.



Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,

Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya.



Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda,

Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.



Sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,

Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.



Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,

Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.



Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,

Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.



Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,

Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.



Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,

Pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.



Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,

Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.



Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,

Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup!

Sabtu, 24 September 2011

Download mp3 maher zein "Open Your Eyes"

Jumat, 23 September 2011

Download mp3 maher zein "Number One For Me" new

Maher Zain terus menelorkan karya-karya inspiratifnya. Pekan ini, yang paling gress dari seorang Maher Zain adalah single dengan titel 'Number One for Me'. Jujur, pertama kali mendengarkan lagu ini (rekomendasi kang Ramdhan ANN), kok terdengar seperti lagu boyband asal UK 'Blue' yang sempat hit dengan 'All Rise' itu ya? Tanya kenapa?


Sekali mendengarkan lagu ini, masih bingung dengan pesan yang disampaikan kang Maher. But, i was wrong! Pesan yang disampaikan dalam lagu ini begitu menggugah. Setelah diteliti ulang liriknya, luarr biasa, ternyata ini adalah lagu yang spesial didedikasikan bagi semua Ibu di seluruh dunia. Very Inspiring!


Penasaran kan? Ini dia lagunya!  Download

Lirik Lagu Terbaru Maher Zain - Number One for Me (Mother)


I was a foolish little child
Crazy things I used to do
And all the pain i put you through
Mama now I’m here for you


For all the times I made you cry
The days I told you lies
Now it’s time for you to rise
For all the things you sacrificed



Oooh
If I could turn back time rewind
If I could make it undone I swear that I would
I would make it up to you
Oooh
If I could turn back time rewind
If I could make it undone I swear that I would
I would make it up to you


Mom I'm all grown up now
I'ts a brand new day
I'd like to put a smile on your face everyday


Mom I'm all grown up now
And it's not too late
I'd like to put a smile on your face everyday




You know you are The Number One for me

You know you are The Number One for me
You know you are The Number One for me
Number One for me


Now I finally understand
That famous line
About the day I’d face in time
‘Cos now I have a child of mine


Even though I was so bad
I’ve learnt so much from you
Now i’m trying to do it to
Luv my kids the way you do




There’s no one in this world
That can take your place
Ooo I’m sorry for ever taken you for granted


I will use every chance I get
To make you smile
Whenever I’m around you


Now I will try to love you
Like you love me
Only God knows how much you mean to me

Berdo'a di Facebook ??

Berdo'a adalah ibadah. Maka suatu ibadah adalah harus menuruti apa yang telah
diajarkan oleh Rasulullah sholallahu 'alaihi wa sallam. Karena syarat
diterimanya amal seorang yang mu'min adalah ikhlash dan amal itu benar (atau
ittiba'ur Rasulullah sholallahu 'alaihi wa sallam). Ibadah yang dilakukan tanpa
ada dalil syar'i dari Rasulullah sholallahu 'alaihi wa sallam maka dia tertolak,
maka bid'ah adalah sesuatu yang baru dalam agama ini yang tidak ada syari'at di
dalamnya yang diajarkan oleh Rasulullah sholallahu 'alaihi wa sallam.

Sebaik-baik petunjuk (bayan) adalah petunjuk (bayan) Rasulullah sholallahu
'alaihi wa sallam. Sebaik-baik teladan adalah Rosulullah sholallahu 'alaihi wa
sallam. Maka ketika Rosulullah sholallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam suatu
hadits shohih yang terjemahannya," sampaikan dari Aku walau satu ayat.
sampaikanlah tentang bani isro-il, tidak mengapa. maka siapa yang berdusta atas
Aku dengan sengaja, hendaklah dia mengambil tempat duduknya dari api neraka".
Ini adalah petunjuk yang agung, dimana hendaklah kita jika ingin menyampaikan
suatu kebaikan, sampaikanlah apa-apa yang diajarkan oleh Rosulullah sholallahu
'alaihi wa sallam terlebih dahulu. jangan kita menturuti hawa nafsu, dengan
ingin menyampaikan apa-apa yang menjadi ro'yu atau pendapat, atau perasaan kita
yang tidak dilandasi ilmu.

Begitu juga ketika kita ingin menyampaikan atau mengajarkan suatu do'a, maka
ajarkan yang terutama dan yang pertama-tama adalah do'a dari Rosulullah
sholallahu 'alaihi wa sallam, karena itu adalah sebaik-baik do'a. Karena ibnu
Qoyim berkata yang secara makna artinya, banyak orang mengira bahwa do'a yang
terkabul karena kata-katanya yang indah, padahal do'a yang terkabul adalah
karena kekuatan hati.

FB adalah lahan umum, walaupun kita menganggapnya pribadi, semua orang pada
suatu kesempatan dapat membacanya, baik dia berilmu ataupun tidak. maka jika FB
itu adalah majelis jelas sekali secara umum FB adalah majelis awam. maka ketika
kita menuliskan sesuatu di sana, ingatlah bahwa apa yang kita sampaikan pada
dasarnya akan dimintakan pertanggung-jawaban nanti di hari kebangkitan. untuk
itu wahai saudaraku jika engkau ingin berdo'a di depan majelis (atau FB - jika
FB dianggap majelis) berdo'alah dengan do'a-do'a yang masyhur dari Nabi
sholallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan ketika kita ingin berdo'a sesuai hajat
kita, ungkapkanlah dengan bahasa kita sendiri, tanpa perlu menyebarkannya kepada
orang lain. karena ingatlah kaidah diatas ," sampaikan dari Aku (Rosulullah
sholallahu 'alaihi wa sallam) walau satu ayat". Maka sampaikanlah dahulu apa-apa
yang diajarkan oleh Rosulullah sholallahu 'alaihi wa sallam, dan tahanlah
hawamu, sungguh sebaik-baik ibadah
(nafilah) adalah yang orang lain tidak tahu. Wallahu a'lam.

Wa salamu 'alaikum

Download mp3 maher zein "The Chosen One"

Download mp3 maher zein feat Fadly (Padi) "Insyaallah"

Download mp3 maher zein "Ya Nabi Salam Alayka"

Kamis, 22 September 2011

Pengorbanan Seorang Ibu Part 3





Kehadiran kita di dunia justru mnambah beban dan tugas ( kewajiban ) ibu. Setelah sang ibu sehat dari persalinan, ia disibukan untuk merawat kita.

Di malam hari ia selalu melindungi kita dalam pelukannya. Ia berusaha memberikan rasa nyaman dan aman bagi anaknya. Namun apa balasan kita terhadap ibu ? kita justru berterimakasih dengan tangisan, rewel dan ngompol.

Banyangkan ! ketika ia sedang menikmati tidur lelap karna seharian letih mengurus anaknya kemudian tiba-tiba mendengar bayinya menangis. Padahal ia masih ingin memejamkan mata karena sangat mengantuk. Meskipun demikian, ibu kita tidak membiarkan anaknya menangis begitu saja. Tanpa mengeluh dan sakit hati, ia bangkit dan segera menggendong kita. Ia melepaskan popok yang basah dan menggantinya dengan popok bersih. Lalu menyusui kita dengan ikhlas sepenuh hati. Sementara kantuk menyerang begitu kuat.

Apa balasan kita ? bisakah kita melakukan hal itu mana kala ibu beranjak udzur dan segalanya harus dilanyani, seperti dia melanyani kita disaat itu ? tak perlu harus dijawab. Tapi renungkanlah dalam hati.

Sungguh tak sebanding pengorbanan ibu dengan pengabdian kita disaat sekarang kita dewasa. Ia begitu tulus ikhlas melanyani kita meskipun kondisi tubuhnya sangat lelah. Meski sekalipun ia sakit, namun tetap saja ia memperhatikan kita. Masyallah !

Ketika ia dalam keadaan udzur untuk minta dilanyani, apakah kita bisa seperti itu ibu kita ? sesungguhnya tidak banyak anak yang bisa berbakti sebagaimana pengorbanan ibunya ketika ia masih dalam ayunan.

Ia tak pernah pula menyerah untuk mengajari kita menjadi “ manusia “ . di saat senggang dengan lemah lembut ibu mengajari kita untuk bisa melihat. Dengan menggerak-gerakan jemarinya di dekat mata kita. Mana kala bayinya merespon kebahagiaan ibu semakin bertambah-tambah. “ alhammdulilah, anakku sudah bisa melihat.”

Ibu tak pernah bosan untuk selalu mengajari kita tersenyum. Ia selalu menciptakan rasa nyaman dan bahagia dengan senandung nyanyiannya yang merdu. Kita pun tertidur lelap dan merasa nyaman.

Tahukah kita ? seiring dengan pertumbuhan kita, ibu mengajari tengkurap. Kemudian mengajari agar kita bisa merangkak. Lalu berdiri. Rasanya, sang ibu tak pernah bosan-bosannya mencurahkan perhatiannya kepada sang anak.

Ketika kita berusia satu tahun, mulailah bisa berdiri. Saat itu kadang-kadang kita terjatuh dan menangis. Apakah ibu membiarkan ? tidak. Dengan kelembutannya, ia memungut dan menggendong kita. Ia baru melepaskannya kembali jika dirasa kita telah merasa aman dan nyaman dan tangisan tak terdengar lagi.

Jika saatnya berjalan tetapi kita masih belum bisa melangkahkan kaki, maka ibu kita merasa cemas dan gelisah. Ia mengkhawatirkan keadaan kita dan masa depan kita. Bagaimana nasib anaknya kelak jika cacat dan tidak mampu berjalan?

Terhadap hal ini ibu berikhtiar dengan berbagai daya upaya untuk kepentingan kita. Dibawanya kita ke dokter, atau ke dukun pijat. Ibu tak pernah menyerah manakala mlihat anaknya masih belum mampu melangkahkan kaki. Setiap ada kesempatan ia terus membimbingnya agar kaki anaknya bisa melangkah.

Ketika kita bisa berjalan, hati ibu menjadi lega. Ia merasa bahagia. “ Alhamdulillah ya Allah, anakku sudah bisa berjalan!“ tapi apa balasan kita terhadap ibu yang tak pernah lelah mengajari kita berjalan ?

Seiring dengan waktu dan pertumbuhan, kita bisa berjalan dengan sempurna. Kita sudah bisa berlari. Ibu kita tersenyum gembira. Namun ketika ibu memanggil, kita tidak mendatanginya tetapi justru lari menjauh. Inikah balas budi kita sebagai anak ? meskipun demikian, ibu tak pernah marah dan menyesal mengapa mengajari kita berjalan.

Ketika sang anak belum bisa bicara, ibu tak pernah bosan mengajarinya. Berkat jerih payah ibu yang ikhlas dan tak kenal menyerah, akhirnya kitapun bisa menirukannya bicara.

Kita bisa berkata-kata karena pendidikan ibu yang lembut. Kita bisa menata dan menyusun kalimat, juga karena ibu kita yang baik. Namun setelah kita bisa berbicara, balasan apakah yang kita berikan kepadanya?

Ya Allah, betapa besar dosaku! Manakala ibu memanggilku, justru aku tidak menghiraukan. Aku mulai membantah nasihatnya. Aku mulai berani membentaknya. Aku mulai berbicara dengan kalimat-kalimat kasar yang “menyakitkan.”

Inikah balasan anak pada orangtuanya ? tidakkah kita merenungkan betapa ibu mengandung kita Sembilan bulan. Semakin lama badannya semakin lemah. Ia menyusui selama dua tahun dengan lemah lembut. Mengasuh dan merawat kita tanpa pamrih apapun. Ya Allah, ampunilah ibu dan ayahku!

“Dan kami perintahkan kepada manusia ( berbuat baik ) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibu telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku. Hanya kepadakulah kembalimu.“ QS. Luqman 14.

Pengorbanan Seorang Ibu Part 2





Ketika mendekati hari-hari persalinan, ibu kita semakin rajin menjaga kesehatannya. Itu dilakukan semata-mata karena janin yang dikandungnya. Hatinya semakin cemas. Antara khawatir dan harapan bercampur aduk menjadi satu menanti kehadiran kita.

Ibu rajin memeriksakan kesehatannya. Sedangkan keadaan tubuhnya semakin sulit untuk beraktifitas karna janin yang dikandungnya semakin besar. Apa yang kita perbuat ketika ibu dalam keadaan demikian ? kita justru menyedot nutrisi dalam tubuhnya.

Disaat perutnya terasa nyeri an punggungnya kejang-kejang, sang ibu mempertaruhkan nyawanya demi kita. Ya detik-detik yang menegangkan memang ! . sementara ayah menanti-nanti dengan hati gelisah.

Ketika sang bidan menyatakan jika beberapa jam lagi bayi yang dikandungnya akan lahir, sang ibu berjuang melawan rasa sakit dan pikiran yang tak menentu. Meskipun demikian ada rasa bahagia di dalam hatinya. Kebahagian itu karena ia ikhlas dan tulus hati menerima kehadiran kita ke dunia.

Hari-hari itu ia menunggu hasil pemeriksaan. Bidan akan menyatakan apakah posisi janin itu dalam keadaan normal dan melahirkan secara wajar atau harus melalui operasi cesar.

Ketika misalnya dinyatakan jika ibu kita harus menjalani operasi cesar, maka sang ayah berjerih payah untuk mencarikan biaya. Karena biaya persalinan melalui operasi cesar tidaklah sedikit. Meskipun demikian, orang tua kita tidak pernah mengeluh. Mereka tetap berpengharapan agar kita hadir ke dunia dalam keadaan normal dan selamat. Begitu besar pengorbanan orang tua dan begitu tulusnya hati mereka demi anaknya.

Lalu pikirkanlah ! apakah selama ini kita telah membalas budi mereka ? seberapa besar ? sungguh, sekalipun gunung emas dan lautan madu kita persembahkan kepadanya, namun tak akan mampu menebus jasa dan pengorbanannya.

Semua wanita yang pernah melahirkan pasti menyatakan bahwa detik-detik persalinan adalah sesuatu yang menyakitkan. Suatu peristiwa yang benar-benar menegangkan.

Begitu pula yang dialami ibu kita ! di saat itu urat-urat kandungannya berkontraksi, disertai rasa nyeri disekujur tubuh. Sakitnya luar biasa. Tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Ibu kita berjuang mempertaruhkan nyawa. Detik per detik dirasakan begitu lambat. Sementara itu, wajah suster yang menanganinya ikut tegang. Ia terus menerus membimbing, “ayo ibu jangan menyerah ! ayo ibu berdo’alah. Anda akan bisa ! “ kata-kata yang diucapkan itu sekedar menguatkan semangat sang ibu.

Persalinan memang menegangkan dan terasa merayap begitu lambat. Sedangkan rasa sakit mencengkram tubuh sang ibu. Bencanapun mengancam jiwanya. Sedikit saja terjadi kesalahan dalam persalinan ini, maka hanya ada dua pilihan, apakah nyawa ibu yang melayang atau kita yang meninggal dunia.

Itulah pengorbanan ibu terhadap anaknya. Ya Allah, engkau tahu ibu kami sangat mulia, maka muliakan lah dia di sisismu. Aku tak mampu membalas pengorbanannya. Maka balaslah dengan pahala surgamu !.

Detik demi detik dalam pergulatan dan perjuangan, akhirnya seijin Allah, sang ibu berhasil melaluinya dengan baik. Kita lahir ke dunia dengan selamat. Puncak rasa sakit perlahan-lahan berkurang.

Suster yang menangani persalinan pun bisa bernafas lega. Senyumannya mengembang mana kala mendengar tangisan pertama kita.

Tentu saja tidak hanya suster yang berbahagia. Seluruh alam menyambut kelahiran kita, bagaikan terbitnya matahari yang disapa oileh burung-burung yang berkicau di pagi hari. Seluruh malaikat pun menebarkan do’a agar kita kelak menjadi khalifah fil ardli.

Dalam hidup ini ada dua tangisan, yang pertama dan terakhir. Tangisan yang pertama adalah tangisan bahagia. Ketika kita lahir ke dunia, kita menangis. Ayah dan ibu kita pun menangis bahagia. Kakek dan nenek serta keluarga yang lain pun terharu dan meneteskan air mata. Adapun tangisan terakhir adalah tangisan perpisahan ketika seseorang meninggal dunia.

Ya, tangisan pertama yang cukup berkesan adalah kelahiran kita ke dunia. Ibu kita, meskipun terbaring lemas dan dicekam rasa sakit, tetapi senyumnya mengembang ketika bayinya disodorkan kepadanya. Sang ibu mencium dengan tangisan bahagia.

Kehadiran kita membahagiakan hatinya dan hati orang lain di sekitar kita. Meskipun sesungguhnya kehadiran kita di dunia menambah beban sang ibu. Kewajibannya semakin bertambah. Tugas panjang dan berat segera akan dilaluinya seiring dengan tumbuh kembang kita. Maka pikirkanlah ! renungkanlah sekarang ! apakah balasan kita kepadanya ? sudahkah kita berbakti dan patuh ? sudahkah kita membahagiakannya ? ya Allah, betapa dir ini banyak dosa jika selalu menyakiti hati ibuku. Betapa sesungguhnya diri ini menjadi durhaka mana kala tak mampu menyenangkannya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More