Kamis, 22 September 2011

Pengorbanan Seorang Ibu Part 2





Ketika mendekati hari-hari persalinan, ibu kita semakin rajin menjaga kesehatannya. Itu dilakukan semata-mata karena janin yang dikandungnya. Hatinya semakin cemas. Antara khawatir dan harapan bercampur aduk menjadi satu menanti kehadiran kita.

Ibu rajin memeriksakan kesehatannya. Sedangkan keadaan tubuhnya semakin sulit untuk beraktifitas karna janin yang dikandungnya semakin besar. Apa yang kita perbuat ketika ibu dalam keadaan demikian ? kita justru menyedot nutrisi dalam tubuhnya.

Disaat perutnya terasa nyeri an punggungnya kejang-kejang, sang ibu mempertaruhkan nyawanya demi kita. Ya detik-detik yang menegangkan memang ! . sementara ayah menanti-nanti dengan hati gelisah.

Ketika sang bidan menyatakan jika beberapa jam lagi bayi yang dikandungnya akan lahir, sang ibu berjuang melawan rasa sakit dan pikiran yang tak menentu. Meskipun demikian ada rasa bahagia di dalam hatinya. Kebahagian itu karena ia ikhlas dan tulus hati menerima kehadiran kita ke dunia.

Hari-hari itu ia menunggu hasil pemeriksaan. Bidan akan menyatakan apakah posisi janin itu dalam keadaan normal dan melahirkan secara wajar atau harus melalui operasi cesar.

Ketika misalnya dinyatakan jika ibu kita harus menjalani operasi cesar, maka sang ayah berjerih payah untuk mencarikan biaya. Karena biaya persalinan melalui operasi cesar tidaklah sedikit. Meskipun demikian, orang tua kita tidak pernah mengeluh. Mereka tetap berpengharapan agar kita hadir ke dunia dalam keadaan normal dan selamat. Begitu besar pengorbanan orang tua dan begitu tulusnya hati mereka demi anaknya.

Lalu pikirkanlah ! apakah selama ini kita telah membalas budi mereka ? seberapa besar ? sungguh, sekalipun gunung emas dan lautan madu kita persembahkan kepadanya, namun tak akan mampu menebus jasa dan pengorbanannya.

Semua wanita yang pernah melahirkan pasti menyatakan bahwa detik-detik persalinan adalah sesuatu yang menyakitkan. Suatu peristiwa yang benar-benar menegangkan.

Begitu pula yang dialami ibu kita ! di saat itu urat-urat kandungannya berkontraksi, disertai rasa nyeri disekujur tubuh. Sakitnya luar biasa. Tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Ibu kita berjuang mempertaruhkan nyawa. Detik per detik dirasakan begitu lambat. Sementara itu, wajah suster yang menanganinya ikut tegang. Ia terus menerus membimbing, “ayo ibu jangan menyerah ! ayo ibu berdo’alah. Anda akan bisa ! “ kata-kata yang diucapkan itu sekedar menguatkan semangat sang ibu.

Persalinan memang menegangkan dan terasa merayap begitu lambat. Sedangkan rasa sakit mencengkram tubuh sang ibu. Bencanapun mengancam jiwanya. Sedikit saja terjadi kesalahan dalam persalinan ini, maka hanya ada dua pilihan, apakah nyawa ibu yang melayang atau kita yang meninggal dunia.

Itulah pengorbanan ibu terhadap anaknya. Ya Allah, engkau tahu ibu kami sangat mulia, maka muliakan lah dia di sisismu. Aku tak mampu membalas pengorbanannya. Maka balaslah dengan pahala surgamu !.

Detik demi detik dalam pergulatan dan perjuangan, akhirnya seijin Allah, sang ibu berhasil melaluinya dengan baik. Kita lahir ke dunia dengan selamat. Puncak rasa sakit perlahan-lahan berkurang.

Suster yang menangani persalinan pun bisa bernafas lega. Senyumannya mengembang mana kala mendengar tangisan pertama kita.

Tentu saja tidak hanya suster yang berbahagia. Seluruh alam menyambut kelahiran kita, bagaikan terbitnya matahari yang disapa oileh burung-burung yang berkicau di pagi hari. Seluruh malaikat pun menebarkan do’a agar kita kelak menjadi khalifah fil ardli.

Dalam hidup ini ada dua tangisan, yang pertama dan terakhir. Tangisan yang pertama adalah tangisan bahagia. Ketika kita lahir ke dunia, kita menangis. Ayah dan ibu kita pun menangis bahagia. Kakek dan nenek serta keluarga yang lain pun terharu dan meneteskan air mata. Adapun tangisan terakhir adalah tangisan perpisahan ketika seseorang meninggal dunia.

Ya, tangisan pertama yang cukup berkesan adalah kelahiran kita ke dunia. Ibu kita, meskipun terbaring lemas dan dicekam rasa sakit, tetapi senyumnya mengembang ketika bayinya disodorkan kepadanya. Sang ibu mencium dengan tangisan bahagia.

Kehadiran kita membahagiakan hatinya dan hati orang lain di sekitar kita. Meskipun sesungguhnya kehadiran kita di dunia menambah beban sang ibu. Kewajibannya semakin bertambah. Tugas panjang dan berat segera akan dilaluinya seiring dengan tumbuh kembang kita. Maka pikirkanlah ! renungkanlah sekarang ! apakah balasan kita kepadanya ? sudahkah kita berbakti dan patuh ? sudahkah kita membahagiakannya ? ya Allah, betapa dir ini banyak dosa jika selalu menyakiti hati ibuku. Betapa sesungguhnya diri ini menjadi durhaka mana kala tak mampu menyenangkannya.

1 komentar:

postingannya bagus2 n menyentuh..., btw... aku copy paste beberapa tulisan di blog ini, boleh kan? aku cantumin nama bognya kok..:)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More