Sabtu, 22 Oktober 2011

Karena kita salah memahami keinginan ibu yang sederhana

Suatu hari, seorang anak akan berangkat keluar negeri untuk melanjutkan pendidikan nya. Kedua orang tuanya, karena akan berpisah dengan anak yang dicintainya dengan jarak yang sangat jauh, tentu ingin meluapkan rasa  perhatian nya dengan mengantarkan anaknya itu ke bandara. Orang tua manapun, terutama ibu, akan selalu ingin menyertai anak nya di saat saat penting seperti ini, entah sekedar memberi semangat, mendoakan, atau sekedar melepas rasa haru kepada darah daging nya.

Tapi si anak yang sudah merasa besar dan dewasa, tanpa merasa bersalah menolak niat baik orang tuanya. Dia justru menganggap keinginan baik mereka, seperti perlakuan orang dewasa kepada anak kecil yang harus ditemani kemanapun akan pergi. Si anak meminta orang tuanya untuk tetap tinggal dirumah dan membiarkannya berangkat sendiri.
Mungkin saja anak itu punya niat baik untuk tidak merepotkan orang tuanya, namun ia gagal memahami perasaan hati seorang ibu. Ia tidak mengerti gemuruh hati orang yang begitu berat melepas anak nya untuk pergi jauh. Sehingga yang terjadi kemudian, keinginan sederhana itu tak terwujud dan bahkan menyisakan luka di hati. Anak yang dibesarkannya dengan penuh cinta dan pengorbanan, yang di sekolahkan hingga pandai, ternyata pikirannhya tak mampu menjangkau dalam nya cinta dan kasih sayang orang tuanya. Dia hanya bisa menafsir keinginan orang tuanya sebatas itu ; menganggap nya masih kanak – kanak. Padahal persoalannya tidak sesederhana itu, karena disini jelas tersimpan sebuah keingina yang tak dipahami si anak, mereka memiliki keinginan untuk tetap memberikan cintanya dalam waktu sekejap itu, sebelum berpisah dengan waktu yang cukup lama. Dalam benak mereka mungkin  terselip, “ Andai ini pertemuan terakhir, aku ingin menatap anak ku untuk yang terakhir kalinya,” atau  “ Anakku  membutuhkan kekuatan do’a, maka aku ingin mengiringi kepergiannya dengan lantunan do’a”.

Sekedar ingin membuat kita senang

Barangkali, tidak ada orang yang paling tahu kesukaan kita selain ibu. Dari kecil kita di asuh, hingga dewasa kita di asah, ibu sangat mengerti kita, mengerti semua kesenangan kita dan hal – hal yang membuat kita senang. Dan keunikan dari seorang ibu, ia selalu ingin menghadirkan kesenangan – kesenangan itu untuk kita walau kita sudah dewasa dan menganggap sudah tidak di masa itu lagi, atau merasa sudah mampu menghadirkannya sendiri.  Betapa mulianya ia, yang tak pernah bosan dan lupa dengan kesenangan – kesenangan masa lalu kita. Suatu hari kita datang menjenguk nya, ia selalu siap menyajikan menu – menu makanan kesukaan kita. Atau bahkan ia selalu bertanya, “mau makan apa nak?, mau di masakin apa?”, semua siap ia sediakan. Pun ketika kita akan pergi lagi,ia selalu membekali cemilan – cemilan kegemaran kita, meski kita selalu mencari – cari alasan untuk menolaknya karena merasa berat membawanya.

Ada seorang kakak yang menceritakan dialognya lewat telepon dengan adiknya yang tinggal bersama ibu nya. Sang kakak yang tinggal di perantauan meminta adiknya untuk mengirimkan jamu dari kampung halamannya. Tetapi ketika barang itu hendak di kirim. Sang adik meminta biaya tambahan, sebab selain jamu si ibu juga menyertakan makanan ringan berupa intip (kerak nasi yang dikeringkan), makanan kesukaan sang kakak sejak kecil. Karena merasa tidak memesan intip, si kakak pun meminta adiknya untuk membawa kembali saja makanan itu. Tetapi si adik yang berkali – kali didesak tetap menolak sambil mengatakan, “lebih baik saya berikan orang ke jalan dari pada ibu kecewa. Tiap hari kalau masak di tunggui supaya jadi intip. Ibu juga mencari matahari di banyak tempat agar intip nya cepat kering, bisa di goreng dan siap dikirimkan, tapi kamu kok malah begitu?”. Dari seberang sana, dadanya seperti teriris, tenggorokannya terasa serak saat itu juga, susah menelan ludah nya. Pikirannya melayang, Ia membayangkan ibu nya yang begitu tulus berbuat sesuatu yang membuatnya senang, tetapi ia hampir gagal memahami ke inginan ibu nya yang sederhana, tetapi menyimpan kasih sayang yang begitu besar.

Semoga kita dapat membahagiakan orang tua kita, dengan memahami dan memenuhi keinginan – keinginan nya yang sederhana. Karena pada hakikatnya, apapun yang kita berikan, tidak akan pernah sepadan dengan kasih sayang yang mereka curahkan kepada kita.

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More